Tuesday, April 22, 2014

tugas SDMK



PLACEMENT, SUPPORT, AND RETENTION OF HEALTH PROFESSIONALS: NATIONAL, CROSS-SECTIONAL FINDINGS FROM MEDICAL AND DENTAL COMMUNITY SERVICE OFFICERS IN SOUTH AFRICA
TEORI
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran "pemikiran teoritis" yang mereka definisikan sebagai "menentukan" bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.[1]. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Untuk melakukan analisis pada artikel ini saya coba menggunakan teori analisis dan diagnosis situasi (social).
  • Analisis: Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (situasi) sosial untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
  • Diagnosis: proses pemeriksaan terhadap hal (situasi) sosial yang dipandang tak beres

Tabel 1 Perbandingan Analisa dan Diagnosa situasi penempatan, daya dukung daerah dan retensi tenaga kesehatan (dokter/dokter gigi) selama melaksanakan pengabdian masyarakat di wilayah terpencil antara Afrika Selatan dengan di Indonesia
Penempatan
Daya dukung daerah
Retensi
Afrika Selatan
Indonesia
Afrika Selatan
Indonesia
Afrika Selatan
Indonesia
Apa yang sebenarnya terjadi?
Sejak tahun 1998, program pengabdian masyarakat menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mencapai pemerataan distribusi nakes di Afsel. Berikut data nakes hasil survey : laki-laki lebih suka ditempatkan didesa dibandingkan perempuan, mereka yang belum menikah lebih suka ditempatkan didesa dibandingkan yang sudah menikah, kulit hitam lebih suka ditempatkan didesa akan tetapi bias dengan tempat kelahiran dan kemampuan penggunaan bahasa daerah karena hal ini tidak ditanyakan oleh peneliti.  Penerima beasiswa lebih banyak ditempatkan didesa. Mereka yang ditempatkan di pilihan pertama kurang suka ditempatkan didesa. Dokter gigi lebih banyak ditempatkan didesa (Hatcher, Onah, Kornik, Peacocke, & Reid, 2014)
Program Pegawai Tidak Tetap (PTT) nakes di Indonesia mulai dilaksanakan berdasarkan Permenkes no 1170.A/Menkes/Per/ SK/ VIII/1999. Data PTT yang akurat belum tersedia.
 Tenaga kesehatan terutama dokter spesialis lebih banyak berkumpul di Pulau Jawa. Masih banyak ditemukan permasalahan, diantaranya daftar tunggu PTT untuk provinsi favorit terlalu lama, usia menjadi penghambat untuk melanjutkan pendidikan spesialis, terjadinya kelambatan pembayaran gaji, besarnya gaji tidak significan dengan PNS, dan anggapan PTT sebagai melanggar HAM karena dianggap kerja paksa. Saat ini tenaga PTT dibutuhkan untuk menunjang program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Saat ini ada juga program internship bagi dokter spesialis yang baru lulus.
Hal – hal yang mendukung tenaga kesehatan di wilayah terpencil : keinginan untuk berkontribusi diwilayah tersebut (perasaan diakui), adanya beasiswa dari daerah, pengawasan yang memuaskan dan bertugas overtime mampu menunjang pengembangan profesi mereka.
Hal- hal yang menghambat : sulitnya mendapat obat-obatan, tempat tinggal dan kepastian peran mereka selama masa pengabdian (Hatcher, Onah, Kornik, Peacocke, & Reid, 2014).
Hal yang mendukung : adanya insentif yang cukup besar untuk daerah terpencil, adanya pembekalan dari Dinas Kesehatan setempat. Hal- hal yang menghambat sulitnya melakukan hubungan komunikasi di wilayah terpencil, kurangnya sarana prasarana untuk nakes, maupun anggota keluarganya (Dussault & Franceschini, 2006), lemahnya manajemen pemerintah setempat, diantaranya sulitnya mengurus surat ijin praktek, sulit untuk mendapat perijinan melanjutkan pendidikan, banyak persyaratan untuk menjadi kepala puskesmas, perlakuan yang berbeda dengan PNS.
Pengalaman pengembangan profesi merupakan daya tarik untuk tinggal di wilayah terpencil. Konsil profesi kesehatan afsel tidak mewajibkan program Continuing Profesional Development bagi nakes di wilayah terpencil tetapi tetap didorong untuk mengikutinya (hal ini membutuhkan evaluasi lebih lanjut). Sedangkan lemahnya management daerah membuat nakes tidak betah tinggal di wilayah tersebut (Hatcher, Onah, Kornik, Peacocke, & Reid, 2014).
Faktor yang mempengaruhi retensi nakes di wilayah terpencil diantaranya : factor individu, factor manajemen pemerintah daerah, factor social budaya dan latar belakang pendidikan.

Mengapa
hal itu terjadi?
Pengabdian masyarakat lebih dimanfaatkan untuk meningkatkan ketrampilan klinis, lebih menarik bagi yang belum menikah, nakes laki – laki lebih fleksibel karena masalah keamanan, dan adanya masalah rasial.
Masih lemahnya monitoring dari Kementerian Kesehatan tentang pencatatan dan pendataan tenaga PTT di wilayah terpencil. System otonomi daerah mempermudah daerah untuk melakukan pengangkatan PTT secara mandiri. PTT belum menjadi kewajiban atau persyaratan untuk pengembangan profesi. Kondisi geografis sulit, pertumbuhan ekonomi tidak merata, adanya masalah rasial.

Karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dimana tingkat pembangunannya berbeda di masing – masing wilayah, kondisi geografis yang berbeda, perbedaan lingkungan social budaya dan kemampuan ekonomi berbeda pula.
Lebih banyak kesempatan untuk menangani masalah kesehatan masyarakat.
Dibutuhkan ikatan yang kuat dengan daerah wilayah kerjanya (kesamaan budaya, bahasa, adanya keluarga yang tinggal di wilayah tersebut)

Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan?
Masyarakat kaya lebih diuntungkan daripada masyarakat miskin baik dari pelayanan kesehatan umum maupun swasta dan bentuk pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan kebutuhan (Ataguba, 2013)
Masyarakat di pulau Jawa lebih diuntungkan dibandingkan masyarakat di Indonesia Timur.
Tenaga kesehatan yang memahami bahasa daerah setempat dan kulit hitam lebih diuntungkan.
Tenaga kesehatan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan social budaya setempat.
Tenaga kesehatan lebih banyak diuntungkan, akan tetapi kurang mendukung kualitas pelayanan kesehatan.
Masyarakat suku pedalaman yang sulit dicapai baik dari segi geografis, bahasa dan budaya akan dirugikan.
Apakah hal tersebut dianggap bermasalah?
Hal ini menjadi masalah karena hampir separuh penduduk Afsel tinggal di pedesaan, adanya masalah geografis dan perbedaan kelas di masyarakat menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan kurang yaitu 12%  (Hatcher, Onah, Kornik, Peacocke, & Reid, 2014)
PTT merupakan salah satu upaya untuk mencapai pemerataan pelayanan kesehatan akan tetapi belum jelasnya jumlah kebutuhan dan ketersediaan tenaga masih menjadi masalah utama di Indonesia.
Idem masalah di penempatan
Iya, karena produksi tenaga kesehatan tidak diimbangi dengan daya serap daerah.
Menjadi masalah apabila masyarakat mendapatkan pelayanan yang kurang tepat.
Menjadi penyebab sulitnya recruitment dari luar wilayah. Banyak penawaran PTT yang kosong dan tidak diminati.
Jika Ya, bagaimana mengatasinya dan siapa yang harus melakukannya?
Menteri Kesehatan mulai mempertibangkan kriteria tempat lahir dan kemampuan penggunaan bahasa daerah dalam proses penempatan tenaga kesehatan.
Menteri Kesehatan meningkatkan system perencanaan SDM kesehatan sehingga sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Memberikan beasiswa dari pemerintah daerah untuk meningkatkan minat nakes.
Perubahan kurikulum pendidikan tenaga kesehatan sehingga meningkatkan minat untuk melayani wilayah terpencil.
Peningkatan kerjasama antara kementerian kesehatan dengan organisasi profesi dalam proses Continuing Profesional Development.
Pengangkatan PTT secara mandiri oleh pemerintah daerah


KESIMPULAN
Program pengabdian masyarakat atau PTT dapat menjadi salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kesenjangan distribusi tenaga kesehatan (terutama dokter dan dokter gigi). Program ini diharapkan dapat meningkatkan akses pelayanan kesehatan di masyarakat. Akan tetapi kenyataan dilapangan, tingginya  mengikuti program ini tidak diikuti dengan minat untuk tinggal lama di wilayah penempatan. Proses penempatan yang transparan dan peningkatkan daya dukung daerah diharapkan mampu meningkatkan retensi tenaga PTT di wilayah terpencil.
REKOMENDASI
-          Placement : memasukkan kriteria tempat lahir dan kemampuan penggunaan bahasa daerah dalam persyaratan calon peserta PTT, meningkatkan pengawasan tenaga kesehatan PTT di daerah melalui koordinasi yang baik dengan pemerintah daerah.   
-          Daya dukung daerah : pemberian beasiswa bagi nakes PTT terpencil, membuka program pendidikan nakes dengan memasukkan kurikulum tentang kondisi di lapangan.
-          Retensi : mempermudah nakes PTT untuk mengikuti proses Continuing Profesional Development, melakukan proses rekrutmen PTT secara mandiri.
CYTASI ARTIKEL
Artikel yang saya pilih, belum pernah dicytasi oleh penulis lain. Hal ini mungkin disebabkan masih ditemukan banyak kelemahan dalam penyajian datanya. Diantaranya metode pengumpulan data hanya melalui penyebaran kuesioner dan tidak ada kunjungan ke lapangan secara langsung.

Indah Karyani
NIM 13/357535/PKU/14122






No comments: