Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memberikan semangat kepada orang dan membujuk anggota organisasi agar bergerak menuju arah yang diinginkan. Sebagai pemimpin ada yang efektif dan banyak juga yang tidak. Efektif atau tidak seorang pemimpin ditentukan oleh dua faktor :
(1) karakteristik kepemimpinan
(2) karakteristik pribadi.
Suatu kebijakan dan praktek pengelolaan SDM seringkali gagal diakibatkan karena pengelolaannya tidak berada di tangan profesional . Pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Ini bukan pendekatan tradisional untuk mengembangkan kepemimpinan, akan tetapi lebih ditujukan untuk pemimpin tertinggi dan berfokus pada sifat kepemimpinan dan karakteristik Model ini berfokus pada pengembangan tim yang dapat mengidentifikasi masalah , mencari solusi , dan mendapatkan hasil
Tiga hal yg harus dimiliki oleh leader untuk memobilisasi teamnya:
1. Kemampuan Menciptakan Energi bagi dirinya
Seorang pimpinan harus memiliki cita-cita yang jelas mengenai mau dibawa kemana teamnya, kejelasan cita-cita dan visi inilah yang akan menciptakan energi baru bagi seorang pemimpin.
2. Distribusi energi
Seorang pemimpin adalah orang yang mampu memberikan energi bagi teamnya, menimbulkan semangat, & menjadikan team semakin bergairah dalam bekerja.
3. Pelestarian energi
Seorang pimpinan harus menjaga energi yang bergelora pada dirinya dan teamnya, hal ini dilakukan dengan cara melakukan mekanisme reward & punishment secara tegas dan konsisten sehingga semua semangat tetap terjaga dan timbul kesadaran bersama untuk lebih baik.
Bagaimana manajemen dan kepemimpinan berkontribusi terhadap peningkatan layanan?
- berfokus pada hasil kesehatan
- bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah
- menerapkan praktek kepemimpinan tantangan nyata
- menciptakan iklim yang mendorong perubahan
- mempertahankan perubahan dengan mendasarkan solusi dalam sistem manajemen.
Pada tahun 2011, Kementerian Kesehatan menggulirkan 7 Reformasi Pembangunan Kesehatan yaitu:
1. Revitalisasi pelayanan kesehatan
2. Ketersediaan, distribusi, retensi dan mutu sumberdaya manusia
3. Mengupayakan ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu, efektifitas, keterjangkauan obat, vaksin dan alkes
4. Jaminan kesehatan
5. Keberpihakan kepada Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK),
6. Reformasi birokrasi
7. World Class Health Care.
Tiga komponen dalam peningkatan kesehatan :
A. IKLIM KERJA YANG LEBIH BAIK
Stinger (Wirawan, 2007) mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi.
Enam dimensi iklim organisasi sebagai berikut :
Flexibility conformity. Fleksibilitas dan comfomity merupakan kondisi organisasi yang untuk memberikan keleluasan bertindak bagi karyawan serta melakukan penyesuaian diri terhadap tugas-tugas yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan aturan yang ditetapkan organisasi, kebijakan dan prosedur yang ada. Penerimaan terhadap ide-ide yang baru merupakan nilai pendukung di dalam mengembangkan iklim organisasi yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi.
Resposibility Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai elaksanaan tugas organisasi yang diemban dengan rasa tanggung jawab atas hasil yang dicapai, karena mereka terlibat di dalam proses yang sedang berjalan.
Standards. Perasaan karyawan tentang kondisi organisasi dimana manajemen memberikan perhatian kepada pelaksanaan tugas dengan baik, tujuan yang telah ditentukan serta toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai atau kurang baik.
Reward. Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan tentang penghargaan dan pengakuan atas pekerjaan yang baik.
Clarity. Terkait dengan perasaan pegawai bahwa mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka berkaitan dengan pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.
Tema Commitmen. Berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai perasaan bangga mereka memiliki organisasi dan kesediaan untuk berusaha lebih saat dibutuhkan.
B. PENINGKATAN SISTEM MANAJEMEN
Ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi pemacu organisasi pelayanan kesehatan untuk memperbaiki dan meningkatkan Sistem Manajemen serta kualitas pelayanannya. Organisasi pelayanan kesehatan menggunakan alat seperti akreditasi dan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9000 yang menekankan pada standar struktur serta belum terkait dengan kepuasan pelanggan. Organisasi pelayanan kesehatan yang telah mengimplementasikan SMM ISO 9000 adalah rumah sakit, puskesmas, dan balai kesehatan. Hasil yang diperoleh yaitu kepuasan pelanggan meningkat, kinerja terukur, koordinasi menjadi baik dan perbaikan berkelanjutan dapat dilaksanakan. Tetapi dalam pelaksanaan terdapat hambatan seperti kurangnya komitmen personil dan dukungan atasan. Perlu disadari oleh organisasi pelayanan kesehatan bahwa SMM ISO 9000 bukanlah alat ajaib untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanpa komitmen kuat dari semua pihak pada organisasi pelayanan kesehatan.
C. PENINGKATAN KAPASITAS UNTUK RESPON TERHADAP PERUBAHAN
Sebuah gambaran dari kerangka kerja konseptual yang digunakan dalam analisis dalam proses adaptasi dan perencanaan - baik "top-down" dan "bottom-up" , analisis risiko, kerentanan dan ketahanan sebuah sistem merupakan alat pengantar yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang kuat yang mempertimbangkan skenario masa depan dan memanfaatkan spesifik pengambilan keputusan. Identifikasi kemungkinan kesempatan untuk kolaborasi, dan desain untuk implementasi tindakan.
Hasil yang ingin diperoleh:
Peningkatan layanan menuju peningkatan hasil kesehatan ( Strategi, Indikator dan Upaya tingkat nasional ).
Pentingnya hubungan yang terjalin antara klinisi, manajer, staf dan pasien dalam proses belajar
dan mengajari dari satu kepada yang lain, tidak hanya klinisi mengajari pasien/keluarga atau
manajer mengajari staf, tetapi juga bisa sebaliknya. Proses "Belajar dan Mengajar" tersebut
bertujuan untuk dapat memperbaiki proses pelayanan yang benar-benar fokus kepada pasien.
Agar dapat memberikan pelayanan dengan fokus kepada pasien, maka sarana pelayanan kesehatan harus dapat menggunakan data dan menggunakannya untuk memprediksikan pelayanan ke masa depan, hal ini penting karena selama ini banyak sarana pelayanan kesehatan hanya menggunakan data untuk melihat masa lalu.
Satu yang penting bagi semua negara , bagaimanapun, adalah kemampuan kepemimpinan dan manajemen untuk menerjemahkan strategi SDM ke dalam sistem dan praktik yang menghasilkan perbaikan yang berkelanjutan.
Kondisi kompleks di mana kita bekerja untuk mengatasi krisis HR menuntut gaya baru kepemimpinan yang mendorong inovasi dan kerja sama tim dan pendekatan yang lebih profesional untuk manajemen SDM . Pada semua tingkat kita perlu pemimpin berkomitmen dan manajer SDM berkualitas untuk menerjemahkan strategi tingkat negara dan kerangka kerja global.
NAMA : TIEN INDRAWATI
NIM : 13/357383/PKU/14099
MINAT : SDM KESEHATAN