Tuesday, April 22, 2014

An evaluation of the global network of field epidemiology and laboratory training programmes: a resource for improving public health capacity and increasing the number of public health professionals worldwide

Teori yang mendasari penelitian ini:
1.      Teori Pelatihan :
a)      Kirkpatrick (1994) mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan.
b)      Strauss dan Syaless di dalam Notoatmodjo (1998) mengatakan bahwa pelatihan berarti mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek daripada teori.
2.      Teori Evaluasi:
a)      Weiss (1972) mengatakan bahwa tujuan dari evaluasi adalah :
·      Menunjuk pada metode penelitian atau kajian yang dipakai
·      Menekankan pada hasil suatu program
·      Menggunakan kriteria untuk menilai
·      Kontribusi terhadap pengambilan keputusan dan perbaikan program di masa-masa mendatang
b)      Menurut Jack J. Phillip dan Ron Drew Stone (2002) evaluasi setelah pelatihan meliputi 5 tahapan, yaitu :
·      Tahap 1 : reaction, yaitu mengukur bagaimana reaksi kepuasan peserta pelatihan terhadap program pelatihan yang diikuti berdasarkan persepsi dan apa yang dirasakan oleh peserta.
·      Tahap 2 : Learning, yaitu mengukur seberapa jauh dampak dari program pelatihan yang diikuti peserta dalam hal peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku mengenai suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan
·      Tahap 3 : Aplication/ behavoiur, ditingkat ini evaluasi pelatihan dilakukan sebagai usaha untuk mengetahui apakah keahlian, pengetahuan atau sikap yang baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan terhadap pencapaian sasaran kerja individu dan organisasi
·      Tahap 4 : result, mengukur keberhasilan program pelatihan dari sudut pandang organisasi. Bagaimana hasil pelatihan berpengaruh terhadap lingkungan kerja/ bagian yang disebabkan karena adanya peningkatan kinerja peserta pelatihan
·      Tahap 5 : Return on Training Investment (ROTI), yaitu untuk mengetahui tingkat pengembalian investasiyang telah dikeluarkan untuk pelatihan









Tabel Kerangka Hipotesa
Ciri-Ciri Kasus
Sistem Manajemen
Kualitas Pendidikan dan Akademik
Penempatan Tenaga Kesehatan
Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan dan Regulasi Program FETP (Field Epidemiology Training Program) dirasa masih lemah karena diterapkan secara global dan mengesampingkan kodisi suatu negara
Adanya kebijakan university based pada pelaksanaan program FETP (non gelar menjadi gelar) sangat menguntungkan bagi tenaga kesehatan yang dilatih.
Kebijakan penempatan tenaga kesehatan  setelah melaksanakan program FETP lebih diutamakan untuk daerah-daerah yang endemis penyakit menular dan disebar di seluruh Negara-negara yang membutuhkan.
Pelaksana Program
WHO, Lembaga Internasional (CDC), Kementerian Kesehatan  sebagai penyelenggara dan pemberi dana (dana pendidikan, biaya hidup dan buku). TEPHINET sebagai pengawas dan evaluator program FETP.
Dosen yang memiliki kompetensi di bidang Epidemiologi Lapangan, Peserta Program FETP dan Alumni Program FETP
Dinas Kesehatan ataupun sarana pelayanan kesehatan di daerah yang dijadikan praktek lapangan selama program FETP berlangsung
Tenaga Pengajar
Para pengambil kebijakan baik di pemerintahan dalam negeri maupun luar negeri sering diberi kesempatan untuk memberikan mentoring kepada peserta.
Dosen yang memiliki kompetensi dibidang EL dan pada tahun pertama alumni akan memberikan mentoring kepada peserta program FETP
Kurang melibatkan mentor dari daerah-daerah peserta ditempatkan, dimana hal ini dapat memberikan feedback bagi pelaksanaan program FETP.
Proses penyusunan kurikulum
Kurikulum yang disusun melibatkan para pemberi donor dari luar negeri dan Negara-negara lain yang sebagian besar memiliki kepentingan, sehingga terkadang tidak sesuai apabila diterapkan di masing-masing Negara
Penyusunan kurikulum melibatkan tenaga akademik dan non akademik, yaitu organisasi profesi. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kesehatan masyarakat.
Kurikulum yang dibuat dengan  memperhatikan keragaman geografis dari sebuah daerah, sehingga para peserta dapat menerapkan ilmunya pada saat terjun ke  lapangan
Pengawasan /Monitoring
Lemahnya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh supervisor baik dari dalam negeri maupun luar negeri dan seringkali tidak memberikan feedback terhadap hasil pembelajaran
Setiap semester universitas melakukan monitoring kemajuan dari program tersebut dengan cara mengirimkan bukti hasil proses pembelajaran selama program berlangsung kepada pihak-pihak yang terkait
Supervisor dari daerah asal peserta program tersebut jarang sekali melakukan monitoring dan feedback kepada universitas
Lulusan/Alumni   Program FETP
Data yang didapatkan dari CAR FETP menunjukkan bahwa 100% dari lulusan yang bekerja di daerah mendapatkan posisi sebagai pengambil kebijakan yang mempengaruhi sistem kesehatan di daerah
 Data tentang kualitas lulusan didapat dari data pada kegiatan konferensi ilmiah di berbagai Negara. Adanya penanganan wabah penyakit menular yang berhasil diatasi baik oleh peserta ataupun lulusan
Dari data-data hasil surveilans di daerah, maka lulusan program FETP menunjukkan kinerja yang baik untuk penguatan sistem kesehatan di daerah
Pengorganisasian Penanggulangan Wabah
Lemahnya proses pengorganisasian antar lembaga penyelenggara program dan alumni yang sudah kembali bertugas di daerah menyebabkan buruknya penanganan suatu wabah penyakit.
Setiap peserta pelatihan yang sedang mengikuti program tsb wajib bersama-sama dengan alumni untuk mengatasi wabah penyakit di Negara tersebut.
Kondisi geografis dan infrastruktur dapat menyebabkan sulitnya penanggulangan suatu penyakit di daerah
Nama   : Ajeng Choirin
NIM    :13/357327/PKU/14094

No comments: