Sunday, April 27, 2014

HUMAN RESOURCE LEADERSHIP: THE KEY TO IMPROVED RESULTS IN HEALTH

HUMAN RESOURCE LEADERSHIP: THE KEY TO IMPROVED RESULTS IN HEALTH

 

Sekarang ini pemerintah Indonesia sedang berusaha untuk mewujudkan suatu kondisi masyarakat Indonesia yang sehat baik secara fisik maupun mental. Pemerintah menyadari akan arti penting masyarakat yang sehat dalam mendukung pembangunan negara. Pembangunan akan sulit berjalan lancar jika kondisi masyarakatnya kurang sehat. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk mampu menciptakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas sehingga dapat diandalkan pada saat dibutuhkan tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Hal ini berarti pemerintah perlu membangun pelayanan kesehatan yang mampu diandalkan sehingga semua lapisan masyarakat baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas dapat memanfaatkannya. Upaya pemerintah ini secara formal nampak jelas yang menyatakan bahwa salah satu tujuan yang hendak dicapai pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia pada saat ini adalah mencapai masyarakat, bangsa dan negara di mana penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
Kepemimpinan menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi organisasi. Seorang pemimpin memegang peran penting karena keberadaannya dapat menentukan gerak maju organisasi. Sikap atau gaya seorang pemimpin akan mewarnai kegiatan operasional organisasi sehari-hari.
Penelitian Kirkpatrick dan Locke (dalam DeGroot et al 2000) menyatakan bahwa karisma pimpinan yang nampak dalam setiap perilaku mereka sebenarnya dapat memotivasi bawahan. Dampak yang mungkin timbul dari perilaku seperti ini adalah upaya-upaya dari bawahan untuk
berkinerja dengan baik. Seorang bawahan akan berperilaku kerja yang baik jika dirinya melihat bahwa pimpinannya juga bekerja dengan baik.
Penelitian dari Behling dan McFillen (1996) mengindikasikan adanya hubungan antara perilaku pimpinan dengan perilaku bawahan. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan bahwa atribut-atribut perilaku pimpinan memiliki pengaruh terhadap keyakinan bawahan yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi perilaku bawahan. Sebagai contoh, seorang pemimpin yang memberikan dorongan kepada bawahannya akan berdampak pada timbulnya semangat atau motivasi dari bawahan sehingga akan berperilaku kerja sesuai dengan harapan perusahaan.
Penelitian  Roepke, Agarwal dan Ferratt (2000) dalam lingkungan, modal manusia itu telah dianggap cukup signifikan. Wawasan IT pemimpin mengakui bahwa hambatan terbesar untuk sukses sering berhubungan kepada orang bukan informasi, teknologi dan sistem. Pengalaman menyediakan kesempatan bagi manajer dalam organisasi lain untuk mengembangkan wawasan berharga mengenai pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya.
Penelitian Perry (2008) bahwa kualitas pelayanan kesehatan miskin , penyebab utama adalah kurangnya kemampuan sumber daya manusia dalam kepemimpinan dan manajemen dalam sistem perawatan kesehatan desentralisasi cepat. Maka perlu adanya kepemimpinan terpadu  serta pembentukan tim partisipatif untuk meningkatkan kapasitas manajemen dan kepemimpinan di semua tingkat mempromosikan penggunaan sumber daya yang efisien dan pemberdayaan staf.
Penelitian Yi-Feng (2009) bahwa pengaruh Kepemimpinan Transformasional ( TL ) pada karyawan intrinsik dan ekstrinsik tentang kepuasan kerja. Perilaku interaksi memiliki pengaruh terhadap kepuasan, dan perilaku interaksi bertindak sebagai mediator untuk meningkatkan efek TL pada kepuasan. Perilaku interaksi harus digabungkan dengan TL untuk meningkatkan kepuasan karyawan karena perilaku interaksi sangat tergantung pada TL untuk mendukung integrasi informasi, sumber daya, dan teknologi dalam pencapaian tujuan kelompok, yang membantu untuk meningkatkan kepuasan.
Kepemimpinan menjadi factor yang mempengaruhi perilaku pelayanan yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Tiga hal yg harus dimiliki oleh leader untuk memobilisasi teamnya:
1.      Kemampuan Menciptakan Energi bagi dirinya
Seorang pimpinan harus memiliki cita-cita yang jelas mengenai mau dibawa kemana teamnya, kejelasan cita-cita dan visi inilah yang akan menciptakan energi baru bagi  seorang pemimpin.
2.      Distribusi energi
Seorang pemimpin adalah orang yang mampu memberikan energi bagi teamnya, menimbulkan semangat, & menjadikan team semakin bergairah dalam bekerja.
3.      Pelestarian energi
Seorang pimpinan harus menjaga energi yang bergelora pada dirinya dan teamnya, hal ini dilakukan dengan cara melakukan mekanisme reward & punishment secara tegas dan konsisten sehingga semua semangat tetap terjaga dan timbul kesadaran bersama untuk lebih baik.
Dalam organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung
dalam kelompok anggota-anggota manajemen (manajement members). Ketiga tingkatan tersebut adalah :
*      Manager puncak (Top Manager)
*      Manajer menengah (Middle manager)
*      Manajer bawahan (Lower managor/suvervisor
Bagaimana manajemen dan kepemimpinan berkontribusi terhadap peningkatan layanan?
*      berfokus pada hasil kesehatan
*      bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah
*      menerapkan praktek kepemimpinan tantangan nyata
*      menciptakan iklim yang mendorong perubahan
*      mempertahankan perubahan dengan mendasarkan solusi dalam sistem manajemen.
Suatu kebijakan dan praktek pengelolaan SDM seringkali gagal diakibatkan karena pengelolaannya tidak berada di tangan profesional . Pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Ini bukan pendekatan tradisional untuk mengembangkan kepemimpinan, akan tetapi lebih ditujukan untuk pemimpin tertinggi dan berfokus pada sifat kepemimpinan dan karakteristik Model ini berfokus pada pengembangan tim yang dapat mengidentifikasi masalah , mencari solusi , dan mendapatkan hasil
Satu yang penting bagi semua negara, bagaimanapun adalah kemampuan kepemimpinan dan manajemen untuk menerjemahkan strategi SDM ke dalam sistem dan praktik yang menghasilkan perbaikan yang berkelanjutan.
Kondisi kompleks di mana kita bekerja untuk mengatasi krisis HR menuntut gaya baru kepemimpinan yang mendorong inovasi dan kerja sama tim dan pendekatan yang lebih profesional untuk manajemen SDM . Pada semua tingkat kita perlu pemimpin berkomitmen dan manajer SDM berkualitas untuk menerjemahkan strategi tingkat negara dan kerangka kerja global.

Daftar Pustaka:
1.      Behling, Orlando dan Jaes M. McFillen, 1996, A Syncretical Model of Charismatic Transformational Leadership, Group & Organisational Management Vol 21
2.      DeGroot, Timohty, D. Scoot Kiker dan Thomas C. Cross, 2000, A Meta-Analysis to Review Organizational Outcomes Related to Charismatic Leadership, Canadian Journal of Administration Sciences
3.      Perry, Cary. Human Resources for Health. 2008, Vol. 6, Special section p1-3. 3p. DOI: 10.1186/1478-4491-6-14.
4.      Roepke, Robert; Agarwal, Ritu; Ferratt, Thomas W. MIS Quarterly. Jun2000, Vol. 24 Issue 2, p327-353. 27p. 4 Diagrams.
5.      YI-FENG YANG. Social Behavior & Personality: an international journal. 2009, Vol. 37 Issue 9, p1259-1277. 19p. 1 Diagram, 3 Charts.
OLEH     :  TIEN INDRAWATI
NIM         :  13/357383/PKU/14099
MINAT   :  SDM KESEHATAN

No comments: