Sunday, April 27, 2014

Artikel : Pihak Sekolah ataukah Siswa yang Salah? Potensi Peran Pendidikan Medis di daerah yang Mengalami Ketidakseimbangan Tenaga Kesehatan di Republik Tanzania

Nama: Ratih Dwi Wulandari
NIM : 13/357536/PKU/14123

ARTIKEL
Pihak Sekolah  ataukah Siswa yang Salah? Potensi
Peran Pendidikan Medis di daerah yang Mengalami Ketidakseimbangan
Tenaga Kesehatan di Republik  Tanzania

Distribusi tenaga kesehatan merupakan masalah klasik yang dialami oleh negara-negara berkembang dan negara dengan kondisi geografis yang sulit. Hal ini dapat mempengaruhi  berbagai indeks kesehatan, terutama angka kematian ibu dan bayi dan berbagai penyakit yang terjadi sehingga  menghambat pelaksanaan tujuan pembangunan di banyak negara berkembang.
Penyediaan tenaga kesehatan khususnya dokter umum bukan hanya mencakup masalah kuantitas, namun juga mencakup distribusi yang merata dan kualitas dokter yang memenuhi standar kompetensi. Agar pemerataan pelayanan kesehatan dapat tercapai, dibutuhkan distribusi dokter yang merata. Sebagian besar dokter lebih memilih memberikan pelayanan kesehatan di kota-kota besar Indonesia. Hal ini menimbulkan dampak pelayanan kesehatan yang tidak optimal karena jumlah tenaga kesehatan yang tersedia di daerah pedesaan tidak memenuhi standart kebutuhan. Kota-kota besar memiliki banyak tenaga dokter umum sedangkan  daerah-daerah terpencil lain masih mengalami kesulitan dalam pengadaan dokter di daerah tersebut.
Keengganan dokter untuk mau bekerja di daerah pedesaan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pendapatan yang rendah, kondisi yang buruk, beban pekerjaan yang berat, terbatasnya fasilitas atau peralatan penunjang medis. Kekurangan-kekurangan yang ada di daerah pedesaan tidak dapat dengan mudah diperbaiki. Membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar sehingga akan terus terjadi ketidakseimbangan dokter di daerah pedesaan.
Motivasi merupakan hal penting yang dapat menentukan pilihan seorang dokter untuk bekerja di daerah pedesaan. Hal-hal yang melatarbelakangi seorang dokter mau bekerja di daerah pedesaan adalah :
1.         Dokter yang tumbuh di daerah pedesaan. Dokter yang tumbuh di daerah pedesaan memiliki keinginan 4x lebih besar untuk bekerja di daerah pedesaan.
2.         Dokter mendapatkan pendidikan/ pelatihan mengenai kondisi daerah pedesaan
3.         Dokter yang memiliki keluarga yang tinggal di daerah pedesaan. (McDonald J et al,2002)
Dalam hal ini, pihak sekolah kedokteran dapat berperan dalam menentukan kebijakan penerimaan mahasiswa dengan memberi prioritas terhadap calon mahasiswa yang berasal dari daerah pedesaan. Siswa yang berasal daari daerah pedesaan selama ini tidak mampu berkompetensi ketika mengikuti seleksi/ ujian untuk masuk ke sekolah kedokteran dikarenakan standar pendidikan yang berbeda. Padahal, mahasiswa yang diterima di sekolah kedokteran tidak memiliki motivasi untuk bekerja di daerah pedesaan sehingga pada akhirnya mempengaruhi distribusi dokter di daerah pedesaan.
Kurikulum berbasis pedesaan juga merupakan factor yang mempengaruhi pemilihan karir seorang dokter di daerah pedesaan. Sekolah kedokteran yang ada sekarang ini masih kurang memerikan pengetahuan ilmu yang terkait dengan kondisi-kondisi di daerah pedesaan, pendidikan dengan muatan interaksi social serta praktek lapangan di daerah pedesaan.
Bila dilihat dari dua hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah kedokteran memiliki peran penting dalam terwujudnya pemerataan tenaga medis khususnya dokter di daerah-daerah pedesaan. Pihak sekolah kedokteran diharapkan mampu merevisi kebijakan penerimaan calon mahasiswa khususnya untuk calon mahasiswa yang berasal dari daerah pedesaan. Selain itu, pihak sekolah juga harus membuat kurikulum berbasis pedesaan sehinnga nantinya mahasiswa semakin termotivasi dan siap bekerja di daerah pedesaan

No comments: